Arya Difa Website Logo
Artikel Pilihan / Beranda / Teknologi /

Mengenal Static Site Generator, Solusi Buat Website Tanpa Backend

6 min read

Mengenal Static Site Generator, Solusi Buat Website Tanpa Backend
Photo by Pankaj Patel on Unsplash

Saat membangun website, seringkali kita dihadapkan pada pilihan: apakah memakai CMS seperti WordPress atau mencoba pendekatan yang lebih fleksibel dan cepat? Salah satu opsi yang semakin populer di kalangan developer adalah Static Site Generator (SSG). Dengan SSG, kamu bisa membuat situs yang cepat, ringan, dan tanpa perlu repot dengan backend atau database.

Awalnya, saya juga sempat mempertimbangkan CMS seperti WordPress atau Blogger untuk website pribadi saya. Namun, karena situs saya hanya untuk blog dan portofolio, saya memutuskan untuk mencoba Static Site Generator.

Kalau kamu penasaran apa itu Static Site Generator dan kenapa bisa jadi pilihan yang tepat untuk proyek seperti blog atau portofolio, simak terus!

Apa Itu Static Site Generator (SSG)?

Static site generator (SSG) adalah alat yang dapat menghasilkan website dalam bentuk HTML, CSS, dan JS dari konten yang sudah kita buat sebelumnya. Jadi, alih-alih membuat halaman satu per satu secara manual, dengan SSG, kamu bisa menghasilkan semua halaman sekaligus dari file Markdown atau konten lain.

Hasilnya? Kumpulan file statis yang siap di-upload ke server atau CDN. Situs langsung tampil tanpa harus merender data dari backend setiap kali ada pengunjung. Ini berbeda dengan CMS seperti WordPress, yang harus melakukan query ke database setiap kali halaman dimuat.

Static vs Dynamic: Apa Bedanya?

Perbedaan website statis dan dinamis

Website statis artinya kontennya sudah dihasilkan sebelumnya dan tidak berubah setiap kali halaman dimuat. Semua konten, seperti HTML, CSS, dan JavaScript, sudah disiapkan sebelumnya dan langsung disajikan ke pengunjung. Dengan begitu, situs statis sangat cepat, karena tidak perlu memproses data atau melakukan query ke database setiap kali halaman dimuat. Konten yang ada pun akan sama untuk semua orang, tanpa bergantung pada waktu, lokasi, atau interaksi pengguna.

Di sisi lain, situs dinamis lebih fleksibel karena kontennya bisa berubah berdasarkan input pengguna atau kondisi tertentu. Contohnya, situs yang menampilkan konten yang dipersonalisasi untuk pengguna yang sudah login, atau yang mengambil data secara real-time dari database untuk menampilkan informasi terbaru. Untuk fitur seperti login, interaksi pengguna (seperti komentar atau formulir), atau pengelolaan data yang berubah-ubah, situs dinamis lebih cocok digunakan.

Karena situs statis tidak membutuhkan pengolahan data seperti itu, situs ini lebih cepat dan mudah dihosting. Itu sebabnya, untuk website seperti blog pribadi, dokumentasi, atau landing page, situs statis sangat ideal. Namun, jika kamu butuh fitur interaktif seperti login atau user-generated content, situs dinamis akan menjadi pilihan yang lebih tepat.

Kenapa Pakai Static Site Generator (SSG) Kalau Sudah Ada CMS?

Pertanyaan valid:

“Kalau sudah ada CMS, kenapa repot-repot pakai static site generator?”

Nah, ada beberapa alasan kenapa SSG bisa jadi pilihan yang lebih baik.

  • Performa yang Super Cepat
    Halaman sudah dibangun sebelumnya, jadi server cuma perlu menyajikan file HTML ke browser tanpa proses dinamis seperti di CMS. Dengan cara ini, load time situs bisa jauh lebih cepat.

  • Lebih Aman
    Tanpa adanya database atau backend dinamis, celah keamanan jadi lebih sedikit. Misalnya, risiko serangan seperti SQL injection yang biasa terjadi di CMS jadi hampir tidak ada.

  • Skalabilitas Tinggi
    Situs yang dibangun dengan SSG hanya memerlukan file statis, yang bisa dihosting di mana saja, bahkan di layanan gratis seperti GitHub Pages atau Netlify. Jika trafik situs meningkat, kamu cukup menambahkannya ke CDN untuk performa yang lebih maksimal.

  • Ramah SEO
    Konten yang dihasilkan sudah berupa HTML siap saji, yang memudahkan mesin pencari untuk mengindeksnya. Tidak perlu menunggu eksekusi JavaScript atau render di sisi klien, sehingga SEO-nya lebih optimal.

Tapi, Ada Tantangannya Juga

Walaupun SSG menawarkan banyak keuntungan, ada beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan sebelum kamu memutuskan beralih. Berikut beberapa tantangan utama saat menggunakan SSG.

Tidak Ada Sistem Admin

Salah satu perbedaan besar antara SSG dan CMS seperti WordPress adalah tidak adanya antarmuka pengguna (UI) yang memudahkan pengelolaan konten. Di SSG, kamu perlu mengedit file secara langsung, umumnya dalam format Markdown.

Selain itu, kamu juga mungkin akan menggunakan text editor (seperti VS Code) untuk mengedit konten dan terminal/command line untuk menjalankan perintah seperti membangun (build) atau meng-deploy situs.

Proses Setup Awal yang Lebih Lama

Memulai dengan static site generator memang butuh waktu lebih lama untuk setup. Banyak SSG yang tidak punya template bawaan, jadi kamu harus menyiapkan struktur dan desain halaman dari nol. Walaupun ini bisa sedikit menantang, bagi saya pribadi, justru tantangan ini memberi kebebasan untuk mengkustomisasi situs sesuai keinginan.

Keterbatasan untuk Membangun Situs yang Sangat Dinamis

Static site generator bekerja dengan menghasilkan halaman statis yang sudah siap. Jadi, untuk situs yang membutuhkan interaksi dinamis seperti e-commerce atau forum, SSG mungkin bukan pilihan terbaik. Memang ada solusi seperti API atau JavaScript, tapi pengembangannya bisa jadi lebih rumit.

Baca juga: Jamstack: Arsitektur Website Modern dengan JavaScript, API, dan Markup

Beberapa Static Site Generator yang Bisa Kamu Coba

Sekarang, ada banyak pilihan static site generator (SSG) yang tersedia, masing-masing dengan fitur, bahasa pemrograman, dan komunitas yang berbeda.

1. Hugo

Mengenal Static Site Generator, Solusi Buat Website Tanpa Backend

Ditulis dalam bahasa Go, sangat cepat dalam menghasilkan ribuan halaman. Cocok untuk proyek dokumentasi atau situs multibahasa. Instalasinya juga gampang, hanya perlu satu file binary.
Dokumentasi Hugo

2. Jekyll

Mengenal Static Site Generator, Solusi Buat Website Tanpa Backend

Yang satu ini legendaris. Dibuat dengan Ruby, sangat cocok untuk blogging. Komunitasnya besar, banyak plugin dan tema gratis. Namun, kamu perlu familiar dengan Ruby terlebih dahulu.
Dokumentasi Jekyll

3. Gatsby

Mengenal Static Site Generator, Solusi Buat Website Tanpa Backend

Berbasis React. Cocok untuk yang suka pendekatan modern dengan GraphQL dan butuh integrasi dengan CMS seperti WordPress atau Contentful. Performa solid berkat fitur prefetching dan code splitting.
Dokumentasi Gatsby

4. Zola

Mengenal Static Site Generator, Solusi Buat Website Tanpa Backend

Dibuat dengan Rust, sangat cepat. Konfigurasinya sederhana menggunakan TOML dan mendukung fitur-fitur seperti highlight syntax, Sass, dan live reload.
Dokumentasi Zola

4. Astro

Mengenal Static Site Generator, Solusi Buat Website Tanpa Backend

Ini yang saya pakai. Masih baru, tapi cukup fleksibel. Dokumentasi dan template-nya juga lengkap. Kamu bisa menggunakan React, Vue, Svelte, atau bahkan tanpa framework. Fitur menarik lainnya adalah partial hydration, yang memungkinkan situs tetap statis namun beberapa bagian tetap interaktif.
Dokumentasi Astro

Kalau kamu tertarik mencoba, berikut beberapa langkah yang perlu diperhatikan:

  1. Tentukan jenis website seperti apa yang mau dibuat

  2. Pilih static site generator yang paling sesuai dengan kebutuhan dan skill kamu.

  3. Cari tema siap pakai atau starter project dari komunitas.

  4. Mulai tulis konten dalam Markdown, dan atur template sesuai selera.

  5. Deploy ke GitHub Pages, Netlify, Vercel, atau layanan hosting favorit kamu.

Untuk template Astro, bisa didapatkan di sini: Astro Themes.

Jika kamu ingin situs yang ringan dan performanya maksimal, static site generator bisa jadi pilihan yang tepat. Meskipun setup awalnya lebih rumit dibandingkan CMS, keuntungan dari segi kinerja membuatnya sangat layak dipertimbangkan terutama untuk proyek sederhana seperti website pribadi atau landing page yang tidak membutuhkan banyak interaksi kompleks.

Arya Difa Hendrawan

Arya Difa Hendrawan

Menulis seputar dunia teknologi, marketing, dan lainnya.